Polemik Muara Air Kantung Sungailiat Tak Kunjung Usai, Suhendro : Kita Tampung Aspirasi Nelayan

Sungailiat — Kondisi alur muara Air Kantung sungailiat, Kabupaten Bangka masih saja mengalami pendangkalan, walaupun sudah dilakukan pengerukan oleh pihak PT.Anugerah Pasir Berkah (PT. APB) yang bekerja sama dengan INKOPAL dan PRIMKOPAL. Akibat kondisi ini, sejumlah masyarakat nelayan mengeluh lantaran merasa kesulitan saat hendak melaut melintasi alur muara setempat tersebut.

Suhendro selaku ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Komando Pejuang Merah Putih (LSM KPMP) Marcab Bangka menyikapi keluhan dari nelayan tersebut. Ia langsung turun ke lapangan guna menampung aspirasi dari nelayan.

Bacaan Lainnya

Mirisnya, menurut keterangan beberapa nelayan di wilayah Pelabuhan Perikanan Lingkungan Parit Pekir. Dampak dari pendangkalan yang semakin parah dan sangat memprihatinkan, mereka biasanya melaut dalam satu bulan bisa empat kali, namun beberapa bulan terakhir ini para nelayan hanya bisa melaut dua kali dalam satu bulan.

“Kami bisa melaut untuk menangkap ikan empat sampai lima kali dalam satu bulan, kini hanya pasrah akibat alur muara tertutup oleh pasir hingga terjadinya pendangkalan. Kami terpaksa menunggu air pasang baru bisa melaut lagi, itupun dalam satu bulan bisanya dua kali”, ungkap salah satu nelayan saat bercengkrama dengan ketua LSM KPMP Kabupaten Bangka di atas Kapal salah satu milik nelayan. (Minggu siang, 25/09/22).

Kemudian, dilanjutkan keluh kesah oleh nelayan yang lain, “Ketika air surut dan kapal berhenti di depan alur muara air kantung, sering terjadi pertengkaran sesama nelayan akibat khawatir akan bertabrakan sesama kapal nelayan, karena sewaktu-waktu air pasang dan kena terjangan ombak laut”, terang seorang nelayan lainnya.

Dalam kesempatan tatap muka dengan nelayan, suhendro bertanya terkait sosialiasi pengerukan pendalam alur yang saat ini dilakukan oleh PT.APB, ternyata mereka belum mengetahui sama sekali perusahaan apa yang sedang beraktivitas sekarang.

“Kami tidak mengetahui siapa yang sedang mengerjakan pendalaman alur muara air kantung tersebut, kami juga tidak pernah diajak untuk berkumpul guna sosialisasi, yang kami ketahui hanya ada satu alat sedang bekerja jenis excavator”, ucap beberapa nelayan dengan kompak.

Saat nelayan ditanya perihal kapal sedot pasir. Ada seorang nelayan yang mengatakan, bahwa melihat kapal sedot pasir. Namun, setelah pasirnya penuh maka kapal tersebut langsung pergi.

“Tahu pak, tapi setelah pasirnya penuh mereka langsung pergi”, jawab nelayan atas pertanyaan yang dilontarkan hendro.

Suhendro mengharapkan kepada pemerintah, agar sesegera bisa menyelesaikan polemik muara Air Kantung di Sungailiat, karena sangat berdampak buruk terhadap perekonomian para nelayan saat ini. Dan kegiatan tersebut tanpa ada izin lingkungan hidup disitu juga berdampak terganggunya nelayan seperti limbah solar dan lain-lain.

“Saya sangat mohon kepada Bapak Presiden dan Kementerian yang mempunyai kewenangan dalam hal ini, agar segera ambil sikap!. Kalau boleh, hentikan dulu semua aktivitas tersebut. Karena diduga tidak mengantongi perizinan yg lengkap. Artinya ada legitimasi hukum yang jelas terhadap pendalaman alur muara air kantung tersebut, karena kita menduga saat ini sudah dilakukan pengiriman pasir sampai tiga kali ke Marunda Center”, kata Suhendro.

“Kita sudah mengkonfirmasi Karyawan di Pelabuhan Marunda Center, bahwa pasir tersebut milik PT. APB (Anugrah Pasir Berkah), dan karyawan itupun membenarkan asal pasir tersebut dari Bangka Sungailiat”, lanjut Suhendro.

“Saya berharap keadilan hukum ini dilakukan secara transparan, karna kami sangat merasa kasihan dengan nasib para nelayan”, harapnya.

Untuk pemberitaan yang berimbang sedang diupayakan konfirmasi dari pihak PT.APB. (red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *